Rabu, 18 Mei 2016

Hutan Mangrove dan manfaatnya Bagi Kehidupan Manusia

Secara geografis Bangsa Indonesia tersebar  didalam satu kesatuan organisasi ruang yang terdiri dari daratan dan lautan. Sebagai ruang hidup, wilayah dimanfaatkan dengan mempertimbangkan adanya ruang alami yang bersifat pemberian tuhan (given factor) dan ruang binaan yang merupakan hasil kreasi dari manusia. Ruang alami merupakan ruang yang diciptakan oleh Tuhan Yang Esa yaitu terbaginya Tanah Air menjadi lima pulau besar yang dihubungkan oleh laut ditambah dengan kepulauan yang tersebar dari sabang sampai marauke.
Salah satu bagian terpenting dari kondisi geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah wilayah pesisir pantai dengan garis pantai terpanjang nomor dua di dunia (setelah Kanada), dengan panjang 99.093 kilometer, telah bertambah dari sebelumnya sekitar 91.000 kilometer. Wilayah pantai dan pesisir memiliki arti yang strategis karena merupakan wilayah interaksi / peralihan (interface) antara ekosistem darat dan laut yang memiliki sifat dan ciri yang unik, mengandung produksi biologi cukup besar serta jasa lingkungan lainnya. Wilayah pesisir merupakan ekosistem transisi yang dipengaruhi daratan dan lautan, yang  mencakup beberapa ekosistem, salah satunya adalah pohon bakau dan ekosistem mangrove.


Pohon bakau (Rhizophora spp) dan Mangrove merupakan suatu ekosistem hutan yang sangat toleran terhadap kadar garam yang terdapat di pesisir pantai yang terlindung (berlumpur), muara sungai dan sepanjang pinggir sungai di daerah tropis dan subtropis.FAO Global Forest Resource Assessment (2005) mencatat bahwa luas mangrove di seluruh dunia hanya mencapai 15,2 juta hektar atau tidak sampai 1% dari luas keseluruhan hutan global. Dari luas keseluruhan hutan mangrove tersebut, hampir setengahnya ada di Indonesia, Australia, Brazil, Nigeria dan Meksiko.Walaupun luasannya relatif kecil, ekosistem mangrove memiliki fungsi penyangga kehidupan manusia yang lebih tinggi dari pada ekosistem manapun karena tingkat produktivitas primer (NPP) yang sangat tinggi.
Akan tetapi  karena luas hutan mangrove yang relatif kecil ini juga, Sehingga eksistensinya sebagai ekosistem penyangga kehidupan manusia pada wilayah pesisir pantai dan laut sering diabaikan. Jika menengok kebelakang beberapa bencana dikawasan pesisir pantai dan laut yang terjadi di indonesia dewasa ini, seperti di tahun 2004 tsunami aceh tidak bias dipungkiri karena sudah hilangnya penyangga dikawasan pantai sehingga dengan mudahnya gelombang menerjang ke darat.
Masyarakat awam lebih menganggap pohon bakau dan hutan mangrove sebagai tempat sarang nyamuk, tempat membuang sampah, banyak ular, tempat yang menyeramkan, angker dan tidak memiliki nilai ekonomi. Karena anggapan tersebut, sehingga kawasan pohon bakau dan ekosistim mangrove ini sering dialih fungsikan atau dikonversi menjadi lahan tambak (empang) perumahan (real estate) taman hiburan (Pertokoan/Mall) ,wisata bahari, yang kelihatanya lebih menjanjikan secara ekonomi namun memberikan efek yang  cukup signifikan terhadap ancaman degradasi lingkungan di kawasan pesisir pantai.


Kenyataanya beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa secara ekologi dan ekonomi, pohon bakau dan ekosistem mangrove memiliki fungsi yang cukup besar bagi manusia. Vegetasi hutan mangrove memiliki fungsi sebagai penahan ombak dan akan mencegah abrasi dan akresi diwilayah pesisir pantai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketebalan mangrove selebar 200 m dengan kerapatan 30 pohon/100 m dengan diameter batang 15 cm dapat meredam sekitar 50% energi gelombang tsunami. Selain itu, hutan mangrove sangat berarti bagi sumbangan unsur hara bagi flora dan fauna yang hidup di daerah tersebut.
Hutan mangrove merupakan kawasan yang sangat penting di wilayah pesisir sebagai penahan abrasi pantai, pemecah ombak, pencegah intrusi air laut ke daratan, sebagai tempat berkembang biaknya flora dan fauna serta menjadi pengendali pencemaran air  dan berperan dalam menyeimbangkan kualitas lingkungan sehingga menetralisir bahan-bahan pencemar lingkungan dikawasan pesisir. Hummmhh, Banyak juga yahhh, fungsi dan manfaat ekositem mangrove, Mengapa demikian ? Mari kita simak kawan-kawan penjelasanya sebagai berikut  :
Ketika penulis berada di Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Takalar Desa Bontole Kecamatan Galesong Selatan Kabupaten Takalar Ujung Pandang, menyimak pada tempat penyaringan air dan tempat pengolahan limbah di kolam tersebut sengaja ditanami pohon bakau atau mangrove, hal ini berfungsi untuk menyaring bahan kimia sebelum di keluarkan ke saluran pengeluaran air limbah. Begitu juga pada usaha budidaya perikanan tambak (empang) adanya hubungan yang signifikan antara luasan pohon bakau dan kawasan mangrove akan berpengaru signifikan dengan meningkatnya hasil produksi budidaya perikanan. 

Tidak ada komentar:

Ads Inside Post

Comments System

Disqus Shortname

Translate