Secara
geografis Bangsa Indonesia tersebar didalam satu kesatuan organisasi ruang yang
terdiri dari daratan dan lautan. Sebagai ruang hidup, wilayah dimanfaatkan
dengan mempertimbangkan adanya ruang alami yang bersifat pemberian tuhan (given factor) dan ruang binaan yang
merupakan hasil kreasi dari manusia. Ruang alami merupakan ruang yang
diciptakan oleh Tuhan Yang Esa yaitu terbaginya Tanah Air menjadi lima pulau
besar yang dihubungkan oleh laut ditambah dengan kepulauan yang tersebar dari
sabang sampai marauke.
Salah satu
bagian terpenting dari kondisi geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah wilayah pesisir pantai
dengan garis pantai terpanjang nomor dua di dunia (setelah Kanada),
dengan panjang 99.093 kilometer, telah bertambah dari sebelumnya sekitar 91.000
kilometer. Wilayah
pantai dan pesisir memiliki arti yang strategis karena merupakan wilayah
interaksi / peralihan (interface) antara ekosistem darat dan laut yang
memiliki sifat dan ciri yang unik, mengandung produksi biologi cukup besar
serta jasa lingkungan lainnya. Wilayah
pesisir merupakan ekosistem transisi yang dipengaruhi daratan dan lautan,
yang mencakup beberapa ekosistem, salah
satunya adalah pohon bakau dan ekosistem
mangrove.
Pohon
bakau (Rhizophora spp) dan Mangrove merupakan suatu ekosistem hutan yang
sangat toleran terhadap kadar garam yang terdapat di pesisir pantai yang
terlindung (berlumpur), muara sungai dan sepanjang pinggir sungai di daerah
tropis dan subtropis.FAO Global Forest Resource Assessment (2005) mencatat
bahwa luas mangrove di seluruh dunia hanya mencapai 15,2 juta hektar atau tidak
sampai 1% dari luas keseluruhan hutan global. Dari luas
keseluruhan hutan
mangrove tersebut, hampir setengahnya ada di
Indonesia, Australia, Brazil, Nigeria dan Meksiko.Walaupun luasannya relatif
kecil, ekosistem mangrove memiliki fungsi penyangga kehidupan manusia yang
lebih tinggi dari pada
ekosistem manapun karena tingkat produktivitas primer (NPP) yang sangat tinggi.
Akan tetapi karena
luas hutan mangrove yang relatif kecil ini juga, Sehingga eksistensinya sebagai ekosistem penyangga
kehidupan manusia pada wilayah pesisir pantai dan laut sering diabaikan. Jika menengok kebelakang beberapa bencana dikawasan
pesisir pantai dan laut yang terjadi di indonesia dewasa ini, seperti di tahun
2004 tsunami aceh tidak bias dipungkiri karena sudah
hilangnya penyangga dikawasan pantai sehingga dengan mudahnya gelombang
menerjang ke darat.
Masyarakat
awam lebih menganggap pohon bakau dan hutan
mangrove sebagai tempat sarang nyamuk, tempat membuang sampah, banyak ular, tempat yang menyeramkan, angker
dan tidak memiliki nilai ekonomi. Karena anggapan tersebut, sehingga kawasan
pohon bakau dan ekosistim mangrove
ini sering dialih fungsikan
atau dikonversi menjadi
lahan tambak
(empang) perumahan (real estate) taman
hiburan (Pertokoan/Mall) ,wisata
bahari, yang kelihatanya lebih menjanjikan secara ekonomi namun memberikan
efek yang cukup signifikan terhadap
ancaman degradasi lingkungan di kawasan pesisir pantai.
Kenyataanya beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa secara ekologi dan ekonomi,
pohon bakau dan ekosistem mangrove memiliki fungsi yang cukup besar bagi manusia. Vegetasi hutan mangrove
memiliki fungsi sebagai penahan ombak dan akan mencegah abrasi dan akresi diwilayah
pesisir pantai. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ketebalan mangrove selebar 200 m dengan kerapatan
30 pohon/100 m dengan diameter batang 15 cm dapat meredam sekitar 50% energi
gelombang tsunami. Selain itu, hutan mangrove sangat berarti bagi sumbangan
unsur hara bagi flora dan fauna yang hidup di daerah tersebut.
Hutan
mangrove merupakan kawasan yang sangat penting di wilayah pesisir sebagai penahan
abrasi pantai, pemecah ombak, pencegah intrusi air laut ke daratan, sebagai tempat berkembang
biaknya flora dan fauna serta menjadi pengendali pencemaran air dan berperan dalam menyeimbangkan kualitas lingkungan sehingga menetralisir bahan-bahan pencemar lingkungan dikawasan pesisir. Hummmhh, Banyak
juga yahhh, fungsi dan manfaat ekositem mangrove, Mengapa demikian ? Mari kita simak kawan-kawan penjelasanya sebagai
berikut :
Ketika penulis berada di Balai Budidaya
Air Payau (BBAP) Takalar Desa Bontole Kecamatan Galesong Selatan Kabupaten
Takalar Ujung Pandang, menyimak pada tempat penyaringan air dan tempat pengolahan
limbah di kolam tersebut sengaja ditanami pohon bakau atau mangrove, hal ini
berfungsi untuk menyaring bahan kimia sebelum di keluarkan ke saluran
pengeluaran air limbah. Begitu juga pada usaha budidaya perikanan tambak (empang) adanya
hubungan yang signifikan antara luasan pohon
bakau dan kawasan mangrove akan berpengaru signifikan dengan meningkatnya hasil produksi budidaya perikanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar